Selasa, 17 Maret 2009

Meraih Rupiah dari Daun Pisang




Meningkatnya permintaan daun pisang ternyata membuat petani kewalahan. Tumbuh suburnya wisata kuliner yang saat ini tengah digandrungi masyarakat berdampak terhadap bisnis daun pisang. Namun keterbatasan produksi daun pisang sendiri masih menjadi kendala karena petani belum tertarik untuk mendulang keuntungan dari lembaran daun yang menjadi ciri khas pembungkus makanan tradisional yang tengah diburu masyarakat.Wakil Ketua Koperasi Sabilulungan, Ir. Prayitno mengatakan saat ini pihaknya baru bisa memasok 10 % dari permintaan daun pisang untuk kebutuhan Kota Bandung. Jumlah pasokan daun pisang yang setiap harinya didatangkan dari Kab. Bandung ini diakuinya mencapai 1 mobil pick up penuh. “Kami memasok daun-daun ini ke 60 rumah makan yang ada di Kota Bandung. Terus terang kami kewalahan untuk menyanggupi permintaan,” ujar lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) yang saat ini serius mengelola usaha berbasis kerakyatan ini.Setiap hari, Koperasi yang berkedudukan di Kec. Bojong Picung Kab. Bandung ini menampung daun pisang dari 100 petani yang rutin menjual hasil panennya. Rata-rata setiap petani menjual sekitar 30 sampai 100 lembar daun dengan harga Rp. 250 untuk setiap lembarnya.Daun pisang merupakan daun yang diambil dari pokok pisang. Daun pisang amat penting dalam kebudayaan Melayu sehingga banyak digunakan secara meluas sebagai bahan pembungkus pada masa dahulu.

Pada masa kini, daun pisang masih digunakan secara meluas bagi pembungkus makanan. Karakter khas yang mengeluarkan wangi pada saat menerima panas dari makanan membuat pembungkus ini tetap digemari dan dinilai sehat karena tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Zat lilin yang melapisinya, membuat daun pisang dapat menampung hidangan berkuah kental. Daun pisang pun memberi aroma sedap pada masakan jika kita menuangkan makanan panas di atasnya. Disebabkan oleh itu, ia digunakan secara meluas sebagai pembungkus kue tradisional seperti kue nagasari, lemper, leupeut, dan memasak makanan seperti pepes ikan dan ikan bakar. Lebih lanjut Prayitno mengatakan, kebutuhan pasar terhadap komoditas ini sangat besar namun kebutuhan pasar belum semuanya terpenuhi. Karena itu program ekstensifikasi dan intensifikasi akan dikembangkan pihaknya secara berdampingan. Saat ini daun pisang mangala dapat kita temukan di daerah Soreang, Cililin, Gununghalu, Sikemang dan Cianjur Selatan.

“Kami sendiri masih merasa kesulitan untuk mencari petani daun pisang, padahal bertani daun pisang menjanjikan,” ujar Direktur CV Pangan Sejahtera saat ditemui di rumahnya di bilangan Cikadut, Bandung.

Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui budidaya daun pisang mangala tersebut, PAN-SIS Centre beserta relawan 99-ers dan DPC PAN Paseh mengadakan pelatihan di Desa Loa, Paseh, Kab. Bandung. Kegiatan serupa akan terus diadakan pada bulan Februari-Maret untuk mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha baru di bidang agrobisnis. (dum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar